2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintah. 3. TUJUAN Tujuan disusunnya SOP ini adalah : a. Untuk menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pelayanan di unit kerja Satuuuan Penjaminan Mutu Universitas Padjadjaran; b. Untuk menjadi acuan bagi para pejabat/staf dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan

September 19 2019 Training K3 TRAINING K3 BEKERJA PADA KETINGGIAN LATAR BELAKANG TRAINING K3 BEKERJA PADA KETINGGIAN Training K3 Bekerja Pada Ketinggian, kecelakaan kerja akibat jatuh dari ketinggian merupakan kecelakaan yang sangat umum dan cukup tinggi dibergai sektor industri. Cedera yang ditimbulkan dari luka karena kecelakaan jenis ini biasanya cukup serius karena bagian-bagian vital tubuh seperti kepala atau kaki menjadi bagian yang paling sering terkena. Seseorang yang jatuh dari ketinggian 2 meter sudah mempunyai peluang untuk mengalami cedera yang fatal. Pelatihan “Bekerja di Ketinggian” dirancang untuk menyediakan personil dengan kemampuan untuk mengenali potensi cedera serius saat bekerja di ketinggian dan menentukan metode yang aman yang tersedia untuk meminimalkan risiko. Mengurangi kecelakaan di tempat kerja adalah praktik manajemen yang baik. Bukan hanya tidak membuat tenaga kerja Anda bahagia, tetapi Anda akan menghemat uang melalui peningkatkan produktifitas dan mengurangi risiko denda dan klaim kompensasi. SASARAN DAN MANFAAT TRAINING Peserta mampu memastikan bahwa semua pekerja memiliki peran dalam mencegah kejatuhan. Peserta mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya bekerja pada ketinggian Peserta mampu mengendalikan bahaya bekerja pada ketinggian, jika memungkinkan. Peserta mampu melatih pekerja untuk mengenali bahayabekerja pada ketinggian. Peserta mampu menggunakan sistem yang tepat dan metode untuk mencegah jatuh dan melindungi pekerja jika mereka jatuh. Peserta mampu memeriksa dan memelihara peralatan perlindungan untuk bekerja pada ketinggian sebelum dan setelah menggunakannya. PERSYARATAN PESERTA TRAINING Teknisi K3 Bekerja Di Ketinggian Foto copy KTP Foto Copy ijazah terakhir Curiculum Vitae CV Pas Foto ukuran 3×4 3 lembar Pendidikan minimal SLTP/sederajat Surat Keterangan Dokter yang menyatakan tidak takut terhadap ketinggian Berpengalaman kerjadi bidang K3 ketinggian Surat Keterangan Dari Perusahaan Memiliki Sertifikat Pelatihan dibidang K3 Ketinggian Pengawas K3 Bekerja Di Ketinggian Foto copy KTP Foto Copy ijazah terakhir Curiculum Vitae CV Pas Foto ukuran 3×4 3 lembar Pendidikan minimal SLTA Surat Keterangan Dokter yang menyatakan tidak takut terhadap ketinggian Berpengalaman kerjadi bidang K3 ketinggian Surat Keterangan dari perusahaan Memiliki Sertifikat Pelatihan dibidang Pengawas K3 Bekerja di Ketinggian Ahli K3 Bekerja Di Ketinggian Foto copy KTP Foto Copy ijazah terakhir Curiculum Vitae CV Pas Foto ukuran 3×4 3 lembar Pendidikan D3 Surat Keterangan Dokter yang menyatakan tidak takut terhadap ketinggian Berpengalaman kerjadi bidang K3 ketinggian Surat Keterangan dari Perusahaan Memiliki Sertifikat Pelatihan dibidang K3 Ketinggian Unit Kompetensi DAFTAR UNIT KOMPETENSI Kode UnitUnit Pemenuhan PerUndang-Undangan K3 dan Persyaratan Lainnya Bekerja Pada Potensi Bahaya Hazard Alat Pelindung Diri APD. Alat Penahan Jatuh Sederhana Mencapai Lokasi/Ruang Kerja pada Prosedur Kerja pada Ketinggian Unit Kompetensi DAFTAR UNIT KOMPETENSI Kode UnitUnit Pemenuhan PerUndang-Undangan K3 dan Persyaratan Lainnya Bekerja Pada Potensi Bahaya Hazard Alat Pelindung Diri APD. Tangga-Portabel di Level Dasar untuk Digunakan Alat Penahan Jatuh Sederhana Mencapai Lokasi/Ruang Kerja pada pada Prosedur Kerja pada Alat Angkat Barang Ringan pada Ketinggian OUTLINE TRAINING KELOMPOK DASAR Peraturan Perundangan K3 bekerja pada ketinggian Dasar-dasar K3 Alat-alat pelindung diri Identifikasi bahaya kerja pada ketinggian Penerapan prosedur kerja pada ketinggian Penggunaan alat penahan jatuh perorangan Memasang tangga portable Teknik Penyesuaian Posisi Kerja Teknik Pergerakan sederhana dan bebas pada ketinggian Penerapan prosedur operasi standar kerja pada ketinggian Pengangkatan barang ringan pada ketinggian Dasar Penyelamatan pada Ketinggian Praktek Lapangan INSTRUKTUR TRAINING Senior Trainer HSP yang berpengalaman dalam bidang K3 Bekerja di Ketinggian. FASILITAS TRAINING Hard / Soft Copy Materi Training Sertifikat Kompetensi dari BNSP Sertifikat Training dari HSP 2x coffee break Makan Siang Gimmick DURASI TRAINING 3 Hari + 1 Hari Ujian TEMPAT PELAKSANAAN TRAINING HSP Academy Training Center – Gading Serpong – Tangerang Kami memiliki 11 ruang kelas dengan kapasitas 3-20 orang Ruangan nyaman Ada AC, projector, flip chart, tempat charger HP, meja dan kursi belajar yang ergonomis. Parkir gratis Antar jemput dari hotel sekitar gading serpong BIAYA TRAINING Teknisi K3 Bekerja Di Ketinggian Rp. 6, Pengawas K3 Bekerja Di Ketinggian Rp. 6,500,000,- Ahli K3 Bekerja Di Ketinggian Rp. 7,000,000,- KONTAK INRORMASI HSP Academy Training Center Jl. Janur Kuning I BH 11 – Sektor 1B – Gading Serpong – Tangerang – Banten HP 0812 8168 8809 atau 0811 1280 794 Phone 021-55686090 and 021-55686097 Fax. 021 29001152 Email info Website

TujuanStandar OperasionalProsedur ini adalah memberikan suatu acuan dan pedoman bagi setiap unit kerja di lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan dibawahnya dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi maupun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Standar Operasional Prosedur ini diharapkan: a. ArticlePDF AvailableAbstractLatar belakang Penerapan Standard Operasional Procedure SOP yang baik sangat diperlukan guna melindungi pekerja dari kecelakaan kerja, terutama pada pekerjaan yang meiliki risiko tinggi seperti pekerjaan di ketinggian. Tujuan Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, pengawasan dan masa kerja dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP di PT. X Surabaya. Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan studi cross setional. Sampel dari penelitian ini yaitu pekerja ketinggian di PT. X Surabaya sebanyak 40 orang. Data yang tersedia disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang kemudian dianalisis secara statistik dengan uji chi square. Hasil Sebagian besar pekerja patuh dalam melaksanakan SOP yaitu sebesar 62,5%. Pekerja dengan tingkat pengetahuan baik 32,5%, cukup 35,0%, dan pengetahuan kurang 32,5%. Pekerja dengan sikap positif sebanyak 37 orang 92,5% dan negatif 3 orang 7,5%. Pengawasan baik 75,0%, pengawasan kurang baik 25,0%. Masa kerja ≥ 5 tahun sebanyak 21 orang 52,2% dan masa kerja < 5 tahun sebanyak 19 orang 47,5%. Hasil uji Chi Square variabel yang berhubungan dengan kepatuhan adalah variabel pengetahuan p value = 0,005, pengawasan p value = 0,000, masa kerja p value = 0,004 sedangkan variabel sikap tidak terdapat hubungan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP p value = 1,000. Kesimpulan Kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP dipengaruhi oleh pengetahuan, pengawasan dan masa kerja. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 14, Nomor 2, Halaman 29-34, 2019 29 Kepatuhan Pekerja Ketinggian dalam Melaksanakan Standard Operasional Procedure Devy Indra Prabawati1, Mifbakhuddin2, Diki Bima Prasetio1✉ 1Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang 2Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang Diterima 28 Oktober 2019 Disetujui 21 November 2019 Diterbitkan 30 November 2019 Latar belakang Penerapan Standard Operasional Procedure SOP yang baik sangat diperlukan guna melindungi pekerja dari kecelakaan kerja, terutama pada pekerjaan yang meiliki risiko tinggi seperti pekerjaan di ketinggian. Tujuan Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, pengawasan dan masa kerja dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP di PT. X Surabaya. Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan studi cross setional. Sampel dari penelitian ini yaitu pekerja ketinggian di PT. X Surabaya sebanyak 40 orang. Data yang tersedia disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang kemudian dianalisis secara statistik dengan uji chi square. Hasil Sebagian besar pekerja patuh dalam melaksanakan SOP yaitu sebesar 62,5%. Pekerja dengan tingkat pengetahuan baik 32,5%, cukup 35,0%, dan pengetahuan kurang 32,5%. Pekerja dengan sikap positif sebanyak 37 orang 92,5% dan negatif 3 orang 7,5%. Pengawasan baik 75,0%, pengawasan kurang baik 25,0%. Masa kerja ≥ 5 tahun sebanyak 21 orang 52,2% dan masa kerja < 5 tahun sebanyak 19 orang 47,5%. Hasil uji Chi Square variabel yang berhubungan dengan kepatuhan adalah variabel pengetahuan p value = 0,005, pengawasan p value = 0,000, masa kerja p value = 0,004 sedangkan variabel sikap tidak terdapat hubungan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP p value = 1,000. Kesimpulan Kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP dipengaruhi oleh pengetahuan, pengawasan dan masa kerja. Kata Kunci Kepatuhan Standard Operasional Procedure Bekerja di ketinggian e-ISSN 2613-9219 Akreditasi Nasional Sinta 4 ✉Coresponding author dikibimaprasetio Keywords Compliance Standard Operational Procedure Work at height. Background The application of good Standard Operational Procedure SOP is very necessary to protect workers from workplace accidents, especially in high-risk jobs such as high-altitude work. Objective aims to determine the relationship of knowledge, attitudes, supervision and work period with the obedience of height workers in implementing SOPs at PT. X Surabaya. Method This type of research is analytical research with a cross sectional study approach. The sample of this study is height workers at PT. X Surabaya as many as 40 people. Available data are presented in the form of frequency distribution and cross tabulation then analyzed statistically by the chi square test. Results Most of the workers are obedient in implementing the SOP that is equal to Workers with a good level of knowledge enough and less knowledge Workers with positive attitudes were 37 people and negative 3 people Good supervision supervision is not good Work period of kerja 5 years is 21 people and work period <5 years is 19 people Chi Square test results related to compliance are knowledge variables p value = supervision p value = 0,000, work period p value = while attitude variables do not have a relationship with compliance of height workers in implementing SOP p value = 1,000. Conclusion the obedience of height workers in implementing SOP is influenced by knowledge, supervision and length of service. © 2019 Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA The Indonesian Journal of Public Health jkmi Volume 14, Nomor 2, November 2019 Original Article Open Access Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 14, Nomor 2, Halaman 29-34, 2019 30 Pendahuluan Sektor konstruksi mempunyai bidang kerja yang berhubungan dengan peralatan yang berbahaya, lingkungan, dan zat-zat yang mempengaruhi kondisi fisik, kesehatan serta keselamatan pada pekerja [1]. Salah satu bidang sektor kontruksi yang dikerjakan yaitu bidang ketinggian [2]. “Bekerja pada ketinggian adalah kegiatan atau aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja pada tempat kerja di permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja cedera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda” [3]. Karakteristik tempat kerja di konstruksi mempunyai sifat yang berbeda seperti lokasi kerja yang berpindah-pindah, cuaca yang sering berubah, keterbatasan waktu, kurangnya tenaga kerja yang terlatih, dan membutuhkan ketahanan fisik yang tinggi sehingga memiliki potensi bahaya [4]. Potensi bahaya yang ditimbulkan dari bekerja di ketinggian adalah terjatuh, yang disebabkan oleh hilangnya keseimbangan tubuh ketika bekerja [5]. Jatuh dari ketinggian menjadi penyebab utama yang menimbulkan banyak kerugian seperti cidera, kerusakan harta benda, dan kematian [6]. Pekerja yang meninggal akibat kecelakaan kerja sebanyak 340 juta jiwa setiap tahunnya di seluruh dunia [7]. Pekerja di Britania Raya yang meninggal akibat kerja pada tahun 2017-2018 sebanyak 144 jiwa [8], sedangkan pekerja meninggal di Malaysia pada tahun 2018 sebanyak 173 jiwa [9]. Terjatuh saat bekerja merupakan penyebab kematian terbesar kedua di seluruh dunia, dengan kasus terbanyak di sektor industri konstruksi [7],[10]. Pekerja di seluruh dunia yang meninggal karena terjatuh sebanyak jiwa, dimana banyak terjadi di negara berpenghasilan rendah, dengan cidera 37,3 juta kasus yang perlu diberikan tindakan medis [10]. Kecelakaan kerja setiap tahunnya mengalami peningkatan hingga 5%, namun untuk kecelakaan kerja berat tren peningkatannya cukup lumayan besar yakni sekitar 5%-10% setiap tahunnya. Data kecelakaan pada tahun 2013 tercatat kasus kecelakaan kerja sebanyak dengan korban meninggal sebanyak Kasus kecelakaan kerja hingga tahun 2015 telah terjadi sebanyak kasus kecelakaan kerja [11]. Data sementara yang didapat hingga triwulan 1 tahun 2018 kecelakaan kerja yang terlapor ada kasus kecelakaan kerja dengan korban meninggal dunia sebanyak 87 pekerja, 52 pekerja cacat dan pekerja lainnya dinyatakan sembuh setelah mendapatkan perawatan medis [12]. Kecelakaan kerja yang terjadi diakibatkan karena ketidakpatuhan pekerja terhadap penerapan SOP, sehingga harus dilakukan pengendalian risiko berupa pengendalian administratif. Pengendalian ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan melindungi pekerja dari kecelakaan kerja. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Kota Bekasi sebesar 43,1% pekerja tidak patuh dalam menerapkan SOP, kondisi tersebut menyebabkan semakin tinggi risiko kecelakaan kerja yang akan terjadi [13],[14]. Kepatuhan pekerja dalam mematuhi SOP dipengaruhi dua faktor yaitu faktor individu dan faktor pekerjaan[15]. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan individu yaitu masa kerja, pengetahuan, dan sikap, sedangkan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dari faktor pekerjaan yaitu pengawasan [15-18]. Faktor inividu dan faktor pekerjaan tersebut menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pekerja dalam memenuhi SOP tidak hanya dari pekerja, tetapi manajemen perusahaan mempunyai pengaruh dalam kepatuhan tersebut [14]. Kepatuhan pada pekerja dalam mematuhi SOP dipengaruhi oleh pengetahuan pada pekerja, karena masa kerja pekerja akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas pekerja dalam suatu pekerjaan [19]. Pengetahuan pekerja akan merubah perilaku sehingga perubahan perilaku tersebut akan membentuk sikap pekerja untuk mematuhi aturan pada pekerjaannya [17],[19]. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengemudi BRT Koridor I Semarang memiliki masa kerja ≥ 6 bulan 56,7%, tingkat pengetahuan tinggi 73,3%, motivasi baik 53,3%, dan sikap yang baik 66,7% [19]. Pengawasan mempunyai fungsi untuk mengatur semua kegiatan pekerja sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan mengukur kemajuan yang telah dicapai seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan bawahan, dan jumlah kesalahan yang dilakukan bawahan [18]. Penelitian sebelumnya mengenai pengawasan tentang penggunaan APD dengan kepatuhan penerapan SOP menunjukkan adanya pengawasan yang baik dan patuh dalam penerapan SOP sebanyak 75 orang 85,2% dan responden yang mempunyai pengawasan yang baik kemungkinan 8,1 kali lebih besar dapat mematuhi SOP dibandingkan responden yang mempunyai pengawasan kurang baik [20]. Metode Jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel pekerja ketinggian di proyek Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 14, Nomor 2, Halaman 29-34, 2019 31 Underpass Bundaran Satelit PT. X Surabaya sebanyak 40 orang. Data dikumpulkan dengan survey menggunakan kuesioner dan pengisian checklist kepada para pekerja ketinggian di proyek Underpass Bundaran Satelit PT. X Surabaya. Analisis bivariat dengan uji chi-square. Hasil A. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Kepatuhan paling rendah mendapatkan skor sebesar 30 dan paling tinggi sebesar 42, sedangkan rata-rata skor tingkat kepatuhan sebesar 35,6 dan standar deviasi sebesar 3,67. Distribusi frekuensi variabel penelitian diketahui bahwa pekerja yang patuh sebanyak 25 orang 62,5% dan pekerja yang tidak patuh sebanyak 15 orang 37,5%. Pekerja yang pengetahuannya baik sebanyak 13 orang 32,5%, pengetauan cukup sebanyak 14 orang 35,0%, dan pengatahuan kurang sebanyak 13 32,5%. Tingkat pengetahuan dikatakan baik apabila pekerja dapat menjawab benar pertanyaan sebanyak 17 yang dilakukan saat wawancara. Sikap pekerja ketinggian pada proyek Underpass Bundaran Satelit Surabaya diketahui bahwa sebanyak 37 orang 92,5% yang memiliki sikap positif dan 3 orang 7,5% memiliki sikap yang negatif dalam melaksanakan kepatuhan SOP ketinggian. Masa kerja pada pekerja ketinggian proyek Underpass Bundaran Satelit Surabaya minimal 1 tahun dan maksimal 17 tahun, sedangkan rata-rata masa kerja yaitu 6 tahun dan standar deviasi sebesar 4 tahun. Masa kerja kemudian dilakukan pengaktegorian menjadi 2 kategori yaitu ≥ 5 tahun dan < 5 tahun. B. Analisis Bivariat 1. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP Tabel 2 Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP berdasarkan analisis data menggunakan Chi Square diperoleh p value sebesar 0,005 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pekerja kektinggian dalam melaksanakan SOP. 2. Hubungan sikap dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP Tabel 3 Hubungan sikap dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP Hubungan antara sikap dengan tingkat kepatuhan berdasarkan Chi Square diperoleh p value sebesar 1,000 <0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP. 3. Hubungan pengawasan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP Tabel 4 Hubungan pengawasan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 14, Nomor 2, Halaman 29-34, 2019 32 Hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP berdasarkan Chi Square diperoleh p value sebesar 0,000 <0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP. 4. Hubungan Masa Kerja dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP Tabel 5 Hubungan masa kerja dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP Pekerja yang dengan masa kerja ≥ 5 tahun yang patuh dalam pelaksanaan SOP sebanyak 18 orang 85,7% dan pekerja yang memiliki masa kerja < 5 tahun sebanyak 7 orang 36,8% patuh dalam melaksanakan SOP. Analisis data menggunakan Chi Square, diperoleh p value sebesar 0,002 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP. Pembahasan A. Analisis Univariat Kepatuhan adalah bagaimana pekerja yang bersangkutan mematuhi atau menjalani peraturan yang berlaku berkaitan dengan keselamatan kerja. Adanya peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan maka pekerja wajib menjalankan peraturan tersebut. Pekerja yang mematuhi peraturan tersebut dikatakan baik, sebaliknya pekerja yang tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka pekerja dikatakan tidak patuh [13]. Pengetahuan tentang SOP merupakan hal yang perlu diketahui oleh pekerja dalam melaksanakan dan menerapkan prosedur kerja sesuai dengan masing-masing bidang kerja. Pengetahuan mengenai SOP merupakan salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan kepatuhan, karena perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan bersifat lebih lama dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan [13]. Sikap merupakan salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan SOP. Sikap merupakan reaksi dari individu terhadap rangsang atau stimulus yang diberikan oleh objek tertentu. Sikap individu dalam memberikan respon dari objek tertentu dapat berbeda dari setiap masing-masing individu. Kepatuhan pekerja dalam melaksanakan SOP dapat diperkuat dengan adanya pengawasan kerja pada perusahaan [21]. Perubahan perilaku yang dialami oleh pekerja akan cenderung kearah yang lebih positif apabila pengawasan diterapkan dengan baik. Pengawasan memiliki pengaruh yang kuat terkait kepatuhan pekerja dlam melaksanakan proses kerja sesuai dengan SOP yang berlaku, hal ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan akan memaksa pekerja berperilau baik saat bekerja karena merasa diawasi [22] Masa kerja sangat berhubungan baik dengan kinerja positif maupun negatif, akan menimbulkan pengaruh positif pada kinerja personal karena dengan bertambahnya masa kerja maka pengalaman dalam bekerja semakin bertambah. Sebaliknya akan menimbulkan pengaruh negatif apabila semakin bertambahnya masa kerja maka akan muncul kebiasaan pada tenaga kerja, seperti tidak melaksanakan SOP dengan baik [23]. B. Analisis Bivariat 1. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketingian dalam melaksanakan SOP Hasil analisis data diketahui terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP di PT. X Surabaya. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja. Pengetahuan seseorang berkaitan dengan bagaimana perilaku seseorang tersebut dalam bertindak. Perilaku kepatuhan seseorang dapat dibentuk dari seringnya seseorang tersebut mendapatkan informasi atau pengetahuan menganai prosedur kerja yang benar69. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan yang baik maka akan bersifat lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan [13]. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden 92,3% memiliki pengetahuan yang baik mengenai pelaksanaan SOP di ketinggian, sisanya memiliki pengetahuan yang cukup 64,3% dan pengetahuan yang kurang 30,8%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan tentang SOP di ketinggian. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya pada pekerja ketinggian di konstruksi. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa pekerja yang patuh SOP bekerja di ketinggian dan memiliki pengetahuan baik lebih banyak 95,5% dan yang memiliki pengetahuan kurang 54,5%. Berdasarkan uji statistik chi square antara pengetahuan dengan kepatuhan melaksanakan SOP, terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pekerja Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 14, Nomor 2, Halaman 29-34, 2019 33 ketinggian dalam melaksanakan SOP dengan signifikansi 0,010 < α2. 2. Hubungan sikap pekerja ketinggian dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP Sikap merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan peraturan perusahaan yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian diketahui jumlah responden dengan sikap positif sebanyak 62,2% dan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 66,7%. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang meyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP. Penelitian tersebut memperoleh hasil hubungan sikap dengan kepatuhan melaksanakan SOP dengan p value sebesar 0,039 dari hasil uji rank spearman [19]. Sikap merupakan reaksi atau respon dari seseorang yang masih tertutup terhadap suatu rangsangan atau objek. Respon ini dapat berbeda-beda pada setiap individu [13]. Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden, pada umumnya pekerja memiliki sikap positif terhadap kepatuhan melaksanakan SOP namun ada juga yang memiliki sikap negatif. Pekerja beranggapan bahwa aturan-aturan dalam bekerja yang memperhatikan keselamatan kerja merupakan hal yang penting namun aturan tersebut menyulitkan bahkan menghambat pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Anggapan tersebut yang menjadi dasar dari sikap ketidakpatuhan terhadap pelaksanaan SOP. Sehingga dalam menyelesaikan pekerjaan, pekerja lebih memilih untuk tidak melaksanakan sesuai SOP. 3. Hubungan pengawasan pekerja ketinggian dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP Analisis data yang dilakukan antara pengawasan dengan kepatuhan diketahui terdapat hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan pekerja ketinggian proyek Underpass Bundaran satelit Surabaya dalam melaksanakan SOP. Pekerja yang mendapatkan pengawasan secara menyeluruh dapat menyelesaikan proses kerja sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat terlaksana dengan efektif dan efisien [20]. Pengawasan dilakukan untuk mengamati kepatuhan pekerja dalam menjalankan SOP yang berlaku sehingga pengawasan dapat membentuk perilaku setiap pekerja agar mematuhi kebijakan di perusahaan [21]. Pengawasan memberikan pengaruh yang kuat pada kepatuhan pekerja dalam melaksanakan SOP, hal ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan akan memaksa pekerja berperilaku untuk patuh terhadap SOP [22]. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian pada pekerja PT Sri Murni. Penelitin tersebut memperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan penggunaan SOP dengan p value sebesar 0,464 [2]. 4. Hubungan masa kerja pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP Analisis yang dilakukan antara variabel masa kerja dengan kepatuhan diketahui bahwa hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melakasanakan SOP. Masa kerja yaitu karakteristik individu yang membentuk perilaku sehingga pekerja semakin memahami mengenai kondisi tempat kerja dan memberikan kesadaran untuk patuh terhadap SOP[24]. Masa kerja menjadi faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karena semakin lama seseorang bekerja maka kemampuan dan pengalaman dalam bekerja semakin baik. Pekerja dengan masa kerja < 5 tahun telah memiliki pengalaman yang lebih baik dibandingkan dengan pekerja baru, sehingga lebih paham dengan prosedur aman dalam bekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pada pekerja di Ruang Rawat Inap Khusus Bedah RSUD Kota Madiun. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan penggunaan SOP dengan p value sebesar 0,002 [21]. Kesimpulan Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya, p value sebesar 0,005. Tidak ada hubunngan antara sikap dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya, p value sebesar 1,000. Ada hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya, p value sebesar 0,000. Ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya, p value sebesar 0,004 Daftar Pustaka [1] Septiasary H. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Unsafe Action Pekerja Ketinggian pada Proyek Pembangunan Gedung Bertingkat 2017. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2017. [2] Dyanita F. Kepatuhan Terhadap SOP Ketinggian pada Pekerja Konstruksi. Internatioanl Journal Occupational Safety and Health. Mei-Agust 2017; 6 2 225-234 [3] Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Permenakertrans No. 9 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pada Ketinggian. Peraturan Menteri Tenaga Kerja. Jakarta 2016 [4] Dharma AA. Manajemen Risiko Keselamatan Kesehatan Kerja K3 pada Proyek Pembangunan Jambuluwuk Hotel dan Resort Petitenget. Jurnal Spektran. Januari 2017; 5 1 1-87 Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 14, Nomor 2, Halaman 29-34, 2019 34 [5] Wahyuni I. Analisis Bahaya dan Penilaian Kebutuhan APD pada Pekerja Pembuat Batu Bata di Demak Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Maret 2016; 10 1 22-27 [6] Widarti IE. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja pada Pekerja Maintenance Elektrikal dalam Menerapkan Work Permit di PT. X Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2015; 3 3 456-64 [7] International Labour Organization. World Statistics. health/WCMS_249278/lang-en/ 2019. [8] Health and Safety Executive. Health and Safety Statistics. 2018. [9] Department of Occupational Safety and Health. Occupational Accidents Statistics by Sector Until October 2018. 2018. [10] World Health Organization. Falls. 2018. [11] BPJS Ketenagakerjaan. Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi. 2015 [12] Sadkes. Data Kasus Kecelakaan Kerja di Indonesia. 2018 [13] Dewi NP. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja Standard Operasional Prosedure/SOP Di PT Suzuki Indomobil Motor Roda 4 Plant Tambun II Bekasi Tahun 2010. Journal of Islamic Public Health. 2010 [14] Putri FA. Hubungan antara Pengetahuan, Praktik Penerapan SOP, Praktik Penggunaan APD dan Komitmen Pekerja dengan Risiko Kecelakaan Kerja Di PT X Tangerang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Juli 2017; 5 3 270-77 [15] Romadiaty F. Evaluasi Penerapan Prosedur Operasional Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 di PT. Petrokimia Gresik. Jurnal Teknik dan Manajemen Industri. Desember 2011; 6 2 77-105 [16] Sirait FA. Analisis Perilaku Aman pada Pekerja Konstruksi dengan Pendekatan Behavior-Based Safety. Indonesian Journal Occupational Safety and Health. Januari-Juni 2016; 5 1 91-100 [17] Putri FS. Tingkat Kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam melakukan Hand Hygiene Five Moment di Ruang ICU Barat RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Medika Usada. Agustus 2018; 1 2 40-49 [18] Hanifah H. Hubungan Pengawasan Kepala Ruang dengan Tingkat Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan Glove pada Tindakan Injeksi di RSUD Wonosari. STIKes Aisyiyah Yogyakarta. 2015 [19] Fahrudin M. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standard Operational Procedure SOP Pengemudi Bus Rapis Transit BRT Koridor I Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Januari 2018; 6 1 627-36 [20] Anam K. Determinan Kepatuhan Penerapan Standar Operasional Prosedur SOP dalam Penerimaan Karet di PT. Sampit International Banjarmasi Tahun 2015. Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen. Januari 2016; 3 5 132-49 [21] Laksono A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Petugas Keperawatan terhadap Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Rawat Luka Paska Operasi Post Op di Ruang Rawat Inap Khusus Bedah RSUD Kota Madiun. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2018 [22] Zalaya Y. Implementasi Prosedur Bekerja di Ketinggian di PT. BBS. FKM Universitas Indonesia. 2012 [23] Armina P. Langkah-Langkah Efektif Menyusun SOP. Depok Huta Publisher; 2016 [24] Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Permenakertrans No. 10 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Peraturan Menteri Tenaga Kerja. Jakarta 2011. ... The main and the most fatal risk when working at height is falling. For this reason, employers must ensure safety measures where there is a risk of falling D. I. Prabawati & Mifbakhuddin, 2019;Z. Prabawati, 2018. ...Meidia Wahyuni Herniwanti HerniwantiAhmad Satria EfendiPurnawati RahayuConstruction work cannot be separated from working at heights that have a high risk of danger and accidents. The purpose of this study was to analyze the risk of work at height at a construction company in Kepulauan Riau. The method used descriptive qualitative with sampling using the snowball technique. The results of hazard identification using the HIRARC method were obtained from 2 activities with 22 potential hazards with a very high risk level of 13, priority 1 of 6 and substantial of 3. The control hierarchy that had been carried out by the company was engineering control, administrative and use of Personal Protective Equipment.... Ramadani 2018 in her research states that there is a strong correlation between knowledge and behavior in applying SOP 2018. This is in accordance with the statement of Prabawati, Mifbakhuddin and Prasetio, 2019, which states that there is a relationship between knowledge and worker compliance in implementing SOP. ...Rr Sri Rejeki Eviyanti Puspita SariHilmy Ishar IkhsaniIntroduction Non-fatal accidents are estimated to occur in 374 million cases each year and have serious consequences for the productivity of workers. Petrochemical Company, which is a company that operates in the field of fertilizers and other chemicals, needs to conduct an Occupational Safety and Health OSH program, one of which is the Housekeeping program. The purpose of this study is to determine the housekeeping program at Petrochemical Company and the application at Amurea II Plant III of Petrochemical Company. Methods This research was conducted at Petrochemical Company in June 2017. This study used a cross-sectional design. The variables use were the OSH policy, the housekeeping program, the housekeeping procedures, and the applications of housekeeping. The primary data were obtained through direct observation and the secondary data were obtained from the company’s documents. Results Petrochemical Company has included the housekeeping program in the OSH policy. There are two housekeeping programs at Petrochemical Company, namely daily housekeeping and monthly housekeeping. Also, there are 2 types of procedures in the housekeeping program, namely units that can do the housekeeping program and units that cannot do the housekeeping program. Moreover, the housekeeping program has been implemented in all units, one of which is at Amurea II Plant III Project. Conclusion The Housekeeping program has been integrated in the company’s policy so that the housekeeping program can be done by all workers both daily and monthly. Housekeeping application has also been implemented at Amurea II Plant III of Petrochemical Company. Keywords housekeeping procedure, housekeeping program, occupational safety and health policyBima Ardiyanto WibowoBackground Outbreaks of the COVID-19 virus are spread almost all over the world. Policy in implementing the control of the spread of the Covid Outbreak - 19 at the Tritya Eye Clinic, It has been written and implemented for all the special staff of nurses who work in the Covid Outpatient Emergency 19 Tritya Eye Clinic. However, there are still many nurses who forget or miss the application of SOP that has been applied by This article is to look at nurses' knowledge and attitudes in the application of controlling the spread of the Covid - 19 outbreak in Tritya Eye This research uses descriptive research method with Cross Sectional approach. Results Some nurses have a good level of knowledge and some are sufficient but all nurses can behave positively with the application of the Nurses have a positive attitude towards the implementation of the policy of controlling the spread of Covid outbreaks in the Tritya Eye Clinic even though not all nurses have good knowledge. Therefore, this is considered important in order to reduce the risk of transmission of the Covid-19 outbreak to patients, among medical staff, staff and the nurse's family Anggiyostiana Sirait Indriati PaskariniPT. X is a company in steel structure construction and fabricator pole field. In the company’s Workshop, there are bending, shearing, and cutting processes. The basic causation of work accident are unsafe behavior and unsafe condition. This research aims to analyze the safe behavior of construction workers with Behavior-Based Safety approach in the stage of define and observe of The DO IT Process, with the ABC Activator, Behavior, and Consequence model. This is an observational descriptive research with the cross-sectional design. The respondents of this research are 30 construction workers in Workshop of PT. X. The results of this research showed that all workers have good awareness; 93,3% of construction workers have good knowledge; 93,1% have good perception; 92,7% have good motivation; 93,3% stated that the safety needs had been fulfilled; 93,3% of construction workers stated that the existing safety rules of the company had been implemented; 90% of construction workers ever got positive reinforcement; 85,7% of construction workers ever got punishment; the construction workers stated that safety training and management role of the company had been implemented. The result also showed the construction workers largely did safety behavior at work. In order to improve safe behavior, the company needs to give training to all construction workers, implement SOP consistently, evaluate and monitor the worker’s behavior, and implement the Behavior-Based Safety program The DO IT Process. Keywords safe behavior, behavior-based safety, construction companyFhanin DyanitaImplementing SOP Standard and Operational Procedures is one of the efforts to protect workers from occupational hazards, especially for high risk jobs such as working at height. The purpose of this research is to analyze factors that related the compliance of PT Sri Murni worker with working at height’s SOP in Tunjungan Plaza 6 project. This research is analytic observational with cross sectional design. The subject of this study were the sample of workers taken using simple random sampling and obtained the number of 33 respondents . The available data have been presented in the form of frequency distribution and cross tabulation, then analyzed statistically by chi square. The results showed that most workers was complianced with working at height’s SOP. The results of statistical analysis showing that knowledge p=0,010, r=0,447 and communications p=0,016, r=0,418 as factors that significantly related to working at height’s SOP and have moderate relations. Personality p=0,656 and safety supervision p=0,464 were not related to working at height’s SOP compliance. Suggestion to the company based on the results of research are to increase worker’s knowledge through safety talk or training, and the safety man to pay more attention to workers while they are doing working at height’s job so they could more compliance to SOP. Company should also provide PPE as much as the number of Agung Bayu Dharma I G Agung Adnyana PuteraA. A. Diah Parami DewiWork accidents that occur on the construction project will be one of the causes of the disruption or cessation of activities of the project work. The construction sector is the highest contributor to work accidents and occupational illness in Bali. Rampant construction of temporary lodging facilities or hotels in Bali can be one of the contributors to accidents. This study aims to determine the potential hazard and any dominant risk contained in a hotel development process as well as provides preventive measures to reduce such risks. In this research, the method used was descriptive qualitative. The risk of Occupational Health and Safety K3 was identified through JSA Job Safety Analysis. Questionnaire survey was carried out to get feedback from the experts regarding the potential hazards identified. The dominant category of risk assessment that was rated by the concept of ALARP As Low As Reasonably Practicable. The research identified 45 of dominant risks contained in the phase of work structures including 43 risks classified as high risk such as exposed to maneuver heavy equipment and vehicles, heavy equipment rolled because the excavated area slid down/ subsided, cross rope of Tower Crane disconnected / entangled on the operation, the charge fell from Tower Crane and as many as two risks were classified as very high risk extreme risk that is exposed to maneuver mixer and swing Tower Crane over the edge area of the project. The risks tended to be sourced in the work environment factors and work equipment. In order to minimize the impact of K3 risks, it is necessary to conduct risk control, evaluation activities in a daily, weekly, monthly periodic, considering a safe distance hazard source from workers, setting working hours, scenario procedures of an emergency, as well as safe work through work instruction to remind the importance of working in a healthy and safe Made Firsia Sastra PutriLatar belakang dan tujuan Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam prosedur pengontrolan infeksi dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi mikroorganisme. Salah satu upaya yang dijalankan di RSUP Sanglah Denpasar dalam mencegah infeksi nosokomial HAIs adalah dengan membudayakan kepatuhan mencuci tangan di kalangan petugas kesehatan. Adapun five moments for hand hygiene tersebut yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum melaksanakan prosedur aseptik, setelah terpapar atau menyentuh cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan tenaga kesehatan dalam melakukan five moments for hand hygiene di ruang ICU Barat RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2018. Metode Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bertugas di ruang ICU Barat dengan teknik sampling yaitu purposive sampling dengan sampel sebanyak 40 responden. Data dikumpulkan dengan metode observasi. Hasil Hasil yang diperoleh yaitu tingkat kepatuhan tenaga kesehatan sebagian besar dalam kategori patuh yaitu sebanyak 36 orang 90,0%. Simpulan Tingkat kepatuhan tenaga kesehatan sudah dalam kategori patuh dan perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai nilai 100% dengan cara seperti adanya penyuluhan dan penilaian tentang five moments for hand yang Berhubungan Dengan Unsafe Action Pekerja Ketinggian pada Proyek Pembangunan Gedung BertingkatH SeptiasarySeptiasary H. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Unsafe Action Pekerja Ketinggian pada Proyek Pembangunan Gedung Bertingkat 2017. Universitas Muhammadiyah Semarang. Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 14, Nomor 2, Halaman 29-34, 2019 34Analisis Bahaya dan Penilaian Kebutuhan APD pada Pekerja Pembuat Batu Bata di Demak Jawa TengahI WahyuniWahyuni I. Analisis Bahaya dan Penilaian Kebutuhan APD pada Pekerja Pembuat Batu Bata di Demak Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Maret 2016; 10 1 22-27Analisis Faktor-Faktor yangI E WidartiWidarti IE. Analisis Faktor-Faktor yangData Kasus Kecelakaan Kerja di IndonesiaSadkesSadkes. Data Kasus Kecelakaan Kerja di Indonesia. 2018Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja Standard Operasional Prosedure/SOP Di PT Suzuki Indomobil Motor Roda 4 Plant Tambun II Bekasi TahunN P DewiDewi NP. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja Standard Operasional Prosedure/SOP Di PT Suzuki Indomobil Motor Roda 4 Plant Tambun II Bekasi Tahun 2010. Journal of Islamic Public Health. 2010 StandarOperasional Prosedur (SOP) ini dibuat sebagai petunjuk Satuan Kerja (Satker) di BATAN dalam pelaksanaan penatausahaan barang persediaan sesuai dengan ketentuan yang Keputusan Presiden RI Nomor 71 Tahun 2001 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir; 5.3. Peraturan Presiden RI Nomor 46 Tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir
K3 Bekerja Di Ketinggian Bekerja di ketinggian memiliki resiko tinggi yang menimbulkan terjadinya bahaya disekitar Kita dan menjadi salah satu penyebab terbesar kematian dan luka berat, tetapi hingga saat ini masih banyak pekerja dan pengusaha yang kurang peduli dengan keselamatan diri mereka saat bekerja padahal bahaya selalu mengintai mereka setiap saat. Pengertian Bekerja Diketinggian Menurut OHSA Standar Melakukan pekerjaan atau kegiatan yang lokasinya setinggi 6 feet 1,8 meter atau lebih Menurut Permenaker No. 09 Thn 2016 Kegiatan atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja pada Tempat Kerja dipermukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan Tenaga Kerja atau orang lain yang berada di Tempat Kerja cedera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda Bekerja pada ketinggian dapat diartikan Kegiatan atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja pada tempat kerja yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan tenaga kerja atau orang lain cidera atau kematian dan menimbulkan kerugian. Dasar Hukum Undang-undang Nomor I Tahun 1970 Pasal 2 Ayat 2 Huruf i Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan; Pasal 4 Mencegah dan mengurangi kecelakaan;Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya; Permenakertrans Thn 2010 Pasal 2 Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat harus sesuai SNI atau standar yang wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma Pasal 3 Ayat 1 pelindung kepala;pelindung mata dan muka;pelindung telinga;pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;pelindung tangan; dan/ataupelindung kaki. 3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 9 Thn 2016 Pasal 2 Pengusaha dan/atau Pengurus wajib Menerapkan K3 dalam bekerja pada ketinggian. Prosedur Kerja aman dalam bekerja di ketinggian. Prosedur atau SOP Merupakan runtutan atau langkah-langkah yang harus diketahui dan dilakukan jika harus bekerja pada tempat kerja yang memiliki potensi bahaya jatuh, agar terhindar dari kecelakaan kerja meliputi Teknik dan cara perlindungan jatuhCara pengelolaan peralatanTeknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaanPengamanan tempat kerjaKesiapsiagaan dan tanggap darurat Peralatan yang diperlukan dalam bekerja pada ketinggian Perangkat Pencegah JatuhPerangkat pencegah jatuh kolektif Suatu rangkaian peralatan untuk mencegah tenaga kerja secara kolektif memasuki wilayah berpotensi jatuh agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian finansial Dan harus memenuhi persyaratan Dinding, tembok pembatas atau pagar pengaman memiliki tinggi minimal 950 milimeterPagar pengaman harus mampu menahan beban 0,9 kilonewtonCelah pagar memiliki jarak vertikal maksimal 470 milimeterTersedia pengaman lantai pencegah benda jatuh toe board cukup dan memadaiPerangkat pencegah jatuh perorangan Perangkat pencegah jatuh perorangan Suatu rangkaian peralatan untuk mencegah tenaga kerja secara perorangan memasuki wilayah berpotensi jatuh agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian finansial Perangkat pencegah jatuh perorangan sedikitnya terdiri dari Sabuk Tubuh Full Body Harness Tali pembatas gerak work restraint Perangkat Penahan JatuhPerangkat Penahan Jatuh kolektif Perangkat Penahan Jatuh kolektif harus memenuhi persyaratan dipasang secara aman ke semua Angkur yang diperlukan; danmampu menahan beban minimal 15 lima belas kilonewton dan tidak mencederai Tenaga Kerja yang Penahan Jatuh Perorangan Perangkat Penahan Jatuh perorangan terdiri atasbergerak vertikal;bergerak horizontal;tali ganda dengan pengait dan peredam kejut;terpandu; danulur tarik otomatis. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam bekerja Di ketinggian. Dalam pekerjaan diketinggian atau pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian lebih dari meter dari lantai kerja atau pada area yang berpotensi jatuh dari ketinggian lebih dari meter Pastikan Surat Ijin Kerja untuk bekerja di ketinggian telah dikeluarkan oleh pemilik otoritas;Pekerja telah diberi induksi serta telah dilakukan Risk Assesment;Pastikan bahwa kondisi fisik pekerja sehat lakukan pengecekan fisik sebelum pekerja melakukan pekerjaan diketinggian;Area di bawah pekerjaan di ketinggian harus diberi tanda keselamatan /spanduk rambu “Ada Pekerjaan di Atas” dan pasang barikade sekitar lokasi;Pelajari dan pahami serta memakai sistem perlindungan jatuh dengan menggunakan alat pelindung diri yang tepat atau alat pelindung diri yang disyaratkan safety helmet, safety body harnesss, safety shoes / sepatu kerja dll;Sebelum Anda memulai pekerjaan di ketinggian, pastikan APD yang digunakan dalam kondisi baikAlat pelindung kerja carmantel/ rope, slide chuck, carabiner,safety net, lifeline pipa atau wire rope / sling dll sudah disiapkan dan dipakai;Alat pelindung diri yang disyaratkan harus dicantolkan atau dipasang pada titik kait yang sudah disediakan;Jika menggunakan tangga, lakukan pemeriksaan sebelumnya dan pakailah tangga yang memenuhi syarat keselamatan kerja dengan menggunakan Ladder Inspection Tag;Jika menggunakan scaffolding, lakukan pemeriksaan dan pakailah scaffolding yang memenuhi syarat keselamatan kerja dan ber Tagging layak pakai;Peralatan yang akan dibawa harus disimpan/diletakkan pada tempat yang aman dari bahaya jatuh;Bila ada pekerjaan panas/api di kerja ketinggian, ijin kerja keperjaan panas harus dipenuhi;Pastikan agar semua material yang digunakan pada saat pekerjaan di ketinggian aman dan tidak menyebabkan kemungkinan terjatuh ke permukaan;Jika melihat benda jatuh, atau material yang dikerjakan jatuh, agar segera berteriak untuk mengingatkan orang yang dibawah ntuk menghindar;Persiapkan SOP keadaan darurat seperti terjatuh dari ketinggian atau ada orang tertimpa benda jatuh. sumber
1Selama operasi amati getaran yang timbul. Sekiranya timbul getaran yang tinggi, kosongkan terlebih dahulu CBC kemudian matikan untuk dilakukan pengecekan dan perbaikan. 2.Pastikan tutup conveyor terpasang pada saat beroperasi. 3.Amati Ampere beban motor 11 Amp-17 Amp. 4.Bersihkan semua fibred dan nut dari CBC.
Ilustrasi Foto Bekerja di Kantor iStockphoto Jakarta SOP adalah sebuah standar yang biasa diterapkan dalam pemerintahan maupun umum. SOP adalah langkah menjadikan sebuah prosedur lebih konsisten. Prosedur yang konsisten meningkatkan peluang melakukan pekerjaan berkualitas tinggi. SOP adalah dokumen yang biasanya memberi petunjuk langkah tentang melakukan suatu pekerjaan. Isi dari SOP adalah tujuan, ruang lingkup, persyaratan, tanggung jawab, dan langkah atau prosedur yang harus dilakukan. Jenis Teks Prosedur, Ciri-ciri, dan Strukturnya dalam Bahasa Indonesia Ketahui Kepanjangan SOP dan Simak Manfaat, Fungsi Serta Tujuannya 9 Tujuan SOP, Prinsip, dan Manfaat Utamanya SOP adalah pedoman yang dimiliki hampir di tiap institusi atau kelompok formal seperti pemerintahan, perusahaan swasta, atau bahkan organisasi tertentu. SOP adalah instrumen yang juga memiliki jenis dan formatnya sendiri. SOP adalah standar yang bahkan diatur dalam peraturan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Berikut pengertian SOP, prinsip, jenis, dan formatnya, dirangkum dari Peraturan Menteri PAN RB PER/21/ Senin 11/10/2021.Apa itu SOP?Ilustrasi Kerja Foto DarkWorkX/PixabaySOP adalah sinkatan dari standard operating procedure yang berarti prosedur operasi standar. SOP adalah sebuah alur atau cara kerja yang sudah terstandarisasi. Ini mencakup penerapan operasional mulai dari teknis hingga administrasi. SOP adalah prosedur khusus untuk menjelaskan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan peraturan. Menurut Peraturan Menteri PAN RB PER/21/ SOP adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. Prinsip-prinsip penyusunan SOPIlustrasi Dokumen Credit Peraturan Menteri PAN RB PER/21/ penyusunan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut Kemudahan dan kejelasan Kemudahan dan kejelasan dalam SOP adalah salah satu prinsip penting. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai bahkan seseorang sama sekali baru dalam tugas pelaksanaan tugasnya. Efisiensi dan efektivitas Prosedur-prosedur yang distandarkan harus merupakan prosedur yang paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas. Keselarasan Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedur-prosedur standar lain yang terkait. Keterukuran Output dari prosedur-prosedur yang distandarkan mengandung standar kualitas mutu tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya. Dinamis Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Berorientasi pada pengguna Prosedur-prosedur yang distandarkan harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna customer's needs sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna. Kepatuhan hukum. Kepatuhan hukum Prosedur-prosedur yang distandarkan harus memenuhi ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku. Kepastian hukum Prosedur-prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan pelaksanaan SOPIlustrasi dokumen. PiacquadioPrinsip-prinsip pelaksanaan SOP adalah Konsisten SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan. Komitmen SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran organisasi, dari level yang paling rendah dan tertinggi. Perbaikan berkelanjutan Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benarbenar efisien dan efektif. Mengikat SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan. Seluruh unsur memiliki peran penting Seluruh pegawai peran-peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika pegawai tertentu tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan pemerintahan. Terdokumentasl dengan baik Seluruh prosedur yang telah distandarkanharus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan referensi bagi setiap mereka yang Rapat di Kantor Credit dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu SOP Teknis SOP teknis adalah standar prosedur yang sangat rinci dan bersifat prosedur diuraikan dengan sangat teliti sehingga tidak ada kemungkinan-kemungkinan variasi lain. SOP teknis banyak digunakan pada bidang-bidang antara lain teknik, seperti perakitan kendaraan bermotor, pemeliharaan kendaraan, pengoperasian alatalat, dan lainnya; kesehatan, pengoperasian alat-alat medis, penanganan pasien pada unit gawat darurat, medical check up, dan lain-lain. Dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan, SOP teknis dapat diterapkan pada bidang-bidang antara lain pemeliharaan sarana dan prasarana, pemeriksaan keuangan auditing, kearsipan, korespondensi, dokumentasi, pelayanan-pelayanan kepada masyarakat, kepegawaian dan lainnya. SOP Administratif Secara administratif, SOP adalah standar prosedur yang diperuntukkan bagi jenis-jenis pekerjaan yang bersifat administratif. Dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan lingkup makro, SOP administratif dapat digunakan untuk proses-proses perencanaan, pengganggaran, dan lainnya, atau secara garis besar proses-proses dalam siklus penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Dalam lingkup mikro, SOP administratif disusun untuk proses-proses administratif dalam operasional seluruh instansi pemerintah, dari mulai level unit organisasi yang paling kecil sampai pada level organisasi secara utuh, dalam menjalankan tugas pokok dan SOPLangkah sederhana Langkah sederhana atau simple step dalam SOP adalah format yang dapat digunakan jika prosedur yang akan disusun hanya memuat sedikit kegiatan dan memerlukan sedikit keputusan. Format SOP ini dapat digunakan dalam situasi dimana hanya ada beberapa orang yang akan melaksanakan prosedur yang telah disusun. Dan biasanya merupakan prosedur rutin. Dalam simple steps ini kegiatan yang akan dilaksanakan cenderung sederhana dengan proses yang pendek. Tahapan berurutan Format tahapan berurutan dalam SOP adalah pengembangan dari simple steps. Digunakan jika prosedur yang disusun panjang, lebih dari 10 langkah dan membutuhkan informasi lebih detail, akan tetapi hanya memerlukan sedikit pengambilan keputusan. Dalam hierarchical langkah-langkah yang telah diidentifikasi dijabarkan kedalam sub-sub langkah secara terperinci. Grafik Jika prosedur yang disusun menghendaki kegiatan yang panjang dan spesifik, maka format ini dapat dipakai. Dalam format ini proses yang panjang tersebut dijabarkan ke dalam sub-subproses yang lebih pendek yang hanya berisi beberapa langkah. Hal ini memudahkan bagi pegawai dalam melaksanakan prosedur. Format ini juga bisa digunakan jika dalam menggambarkan prosedur diperlukan adanya suatu foto atau diagram. Diagram Alir Diagram Alir atau flowchart dalam SOP adalah format yang biasa digunakan jika dalam SOP tersebut diperlukan pengambilan keputusan yang banyak kompleks dan membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak" yang akan mempengaruhi sub langkah berikutnya. Format ini juga menyediakan mekanisme yang mudah untuk diikuti dan dilaksanakan oleh para pegawai melalui serangkaian langkah-langkah sebagai hasil dari keputusan yang telah diambil.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
PariwisataProvinsi Jawa Tengah menetapkan Standar Operasional Prosedur layanan informasi dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik. II. DASAR HUKUM 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; 2. Perda Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2012 tentang Pelayanan Informasi
standar operasional prosedur bekerja di ketinggian

Bekerjadengan teliti. 4. Memperhatikan body mechanism. Evaluasi Tanyakan keadaan dan lain-laindan kenyamanan pasien setelah tindakan. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MENGUKUR SUHU BADAN Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur suhu tubuh yang dilakukan dengan meletakkan alat pengukur suhu (thermometer) di bawah ketiak

. 390 245 181 292 325 360 135 476

standar operasional prosedur bekerja di ketinggian